HAM dalam Bingkai Fikih yang Berkeadilan, Humanis, dan Advokatif

A. Deskripsi

Dalam konteks pluralisme hukum di Indonesia, fikih menjadi salah satu rujukan bagi penyelesaian berbagai persoalan sosial-keagamaan di kalangan Muslim. Para perantara hukum (legal brokers)—mulai dari hakim di PA, penghulu dan penyuluh di KUA hingga tokoh agama di masjid dan musala—menjadikan fikih sebagai salah satu pijakan dalam memberikan putusan, fatwa, atau nasihat hukum. Di tengah realitas sosial-keagamaan yang bergerak dinamis dan memunculkan persoalan-persoalan hukum baru, para perantara hukum ini kerap dihadapkan pada hubungan ‘tak mesra’ antara fikih dan realitas kontemporer. Hukum-hukum fikih tradisional dianggap tak lagi bisa memberi jawaban yang memuaskan bagi problem keumatan kontemporer, termasuk dalam isu HAM.   

Perdebatan mengenai kompatibilitas antara HAM dan Islam (fikih) mewarnai diskursus baik di kalangan elit maupun awam. Kontestasi antara universalitas vs relativitas HAM memicu beragam respons, dari yang ‘konservatif’, ‘liberal’, hingga ‘pragmatis atau moderat’. Kubu pertama menolak HAM karena dianggap tidak sejalan dengan Islam, bahkan bagian dari ‘agenda’ Barat untuk menundukkan Islam. Kubu kedua menilai HAM sebagai upaya manusia modern untuk mengatasi persoalan kekinian; dengan demikian, konsep-konsep tradisional fikih sudah tidak memadai lagi sehingga perlu direkonstruksi ulang. Kubu ketiga mencari ‘jalan tengah’ dengan menerima HAM tanpa meninggalkan fikih; kubu ini memilih setia pada fikih tapi melakukan perubahan signifikan agar lebih selaras dengan HAM (Hudaeri, 2007).

Dari tiga respons di atas, corak ketiga lebih berterima di kalangan mayoritas Muslim Indonesia. Hal ini setidaknya bisa dilihat dari berbagai pembaharuan hukum Islam yang digelorakan oleh sejumlah ahli fikih Indonesia, misalnya Hasby Ash-Shiddy, Hazairin, Sahal Mahfudz, atau Ali Yafie. Peraturan perundang-undangan (KHI, misalnya) terkait muslim di Indonesia, seperti pembatasan poligami, pelarangan hak ijbar wali, penetapan batas usia nikah, juga mencerminkan corak respons ini. Meskipun tidak seratus persen mengadopsi ketentuan HAM internasional, upaya ini setidaknya memberikan ‘angin segar’ bagi pemberlakuan hukum-hukum fikih yang semakin dekat pada prinsip-prinsip universal HAM, terlepas dengan segala pro dan kontra yang ada.   

‘Harmonisasi’ antara fikih dan prinsip-prinsip HAM tidak dilihat dari sudut pandang mana yang lebih autoritatif, mana yang harus tunduk, apalagi sebagai upaya membenturkan keduanya. Sebaliknya, inisiatif ini diletakkan dalam konteks penegakan hak-hak asasi manusia melalui pembaharuan yang tetap bertumpu pada konsep-konsep fikih konvensional (indoctrinal reform) yang sudah mengakar kuat dalam kehidupan kebanyakan muslim di Indonesia. Melalui upaya ini, diharapkan hak-hak asasi manusia bisa lebih berterima melalui bahasa-bahasa yang sudah diakrabi dan dipahami oleh masyarakat awam. Bagaimanapun, seperti kata Jasser Auda, yang terpenting dari wacana kompatibilitas HAM dan fikih adalah kesejahteraan atau terpenuhinya hajat hidup masyarakat, bukan soal apakah keduanya selaras atau tidak.

Program ini merupakan bagian dari kerja sama SPs. UIN Sunan Kalijaga – Norwegian Center for Human Rigths (UNHCR), Oslo Coalition, Norwegia yang sudah berlangsung sejak 2013. Program ini berfokus pada adukasi publik, khususnya penghulu/penyuluh KUA, tentang pentingnya pembelaan dan penegakan hak-hak masyarakat rentan dalam isu-isu seperti hak-hak minoritas, keberagamaan, gender, dan isu-isu keluarga. Inisiatif ini berawal dari desakan akan pentingnya para penghulu/penyuluh di KUA maupun hakim PA memiliki bacaan praktis tentang nilai-nilai HAM yang digali dari khazanah fikih klasik. Diharapkan bacaan ini bisa memperkuat peran mereka dalam memberikan solusi hukum yang lebih berkeadilan, humanis, dan advokatif.  

B. Subtema Tulisan

Kami mengundang akademisi, praktisi, dan publik secara luas untuk turut berkontribusi pada buku dengan mengirimkan tulisan-tulisan terbaik tentang isu-isu HAM dan fikih yang terkait langsung dengan problem sosial-keagamaan di tengah masyarakat, khususnya dalam lingkup KUA. Topik tulisan mencakup:

  1. Kebebasan Beragama atau Berkeyakinan (KBB);
  2. Hak-hak kaum minoritas
  3. Hak-hak perempuan dan penghapusan kekerasan seksual;
  4. Penegakan dan perlindungan hak anak;
  5. Pernikahan dan perceraian;
  6. Moderasi beragama dan radikalisme agama
  7. Topik-topik lain yang terkait.

C. Ketentuan Tulisan

  1. Hasil penelitian lapangan; studi literatur; studi dokumen atau yurisprudensi putusan hakim PA.
  2. Belum pernah diterbitkan baik dalam bentuk artikel jurnal atau buku;
  3. Memiliki kesesuaian dengan isu-isu spesifik dan praktis sesuai tema yang ditentukan;
  4. Mencerminkan perspektif HAM dan fikih klasik;
  5. Memiliki kesesuaian dengan sasaran pembaca: penyuluh/penghulu KUA, hakim di PA, dan publik umum;
  6. Dikemas dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar, lugas, mudah dipahami, argumentatif, sesuai dengan tema yang ditentukan, dan bebas dari unsur plagiarisme;
  7. Berkisar 7.000-10.000 kata; Time-New Roman 12pt; spasi 1,5; disertai catatan kaki dan daftar pustaka.

D. Jadwal dan Seleksi

  1. Pengiriman abstrak: 01 sd. 15 September 2021
  2. Seleksi dan penentuan abstrak terpilih: 16-20 September 2021
  3. Penulisan dan penyerahan naskah utuh:  30 Oktober 2021

E. Hak dan Kewajiban Penulis

  1. Mendapatkan honorarium baik sebagai penulis maupun keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan program;
  2. Mendapatkan buku terbitan ber-ISBN baik dalam bentuk hardcopy (10 ekslempar) dan softcopy;
  3. Bersedia mengikuti FGD terkait penulisan dan terlibat dalam rangkaian kegiatan program baik sebagai peserta maupun nara sumber;
  4. Bersedia merevisi naskah tulisan sesuai masukan dari tim editor.

F. Pengiriman Abstrak

Abstrak dikirim melalui alamat email: melalui maufur@iainkediri.ac.id dengan cc: nina.noor@uin-suka.ac.id.

G. Nara Hubung

  1. Maufur                 WA: 0857-1579-4385
  2. Nina M. Noor       WA: 0813-2576-5410

Studi Lintas Agama#2 di Vihara Jayasaccako Kediri

Minggu 27 Juni 2021 di Vihara Jayasaccako Kediri, HMPS Studi Agama-Agama mengadakan Studi Lintas Agama ke-2 dengan tema “Ajaran Budha Tentang Kehidupan”. Kegiatan ini dikemas secara menarik dan diisi oleh Biksu Daniel Istanto dan dimoderatori oleh Intan Shofiatul, mahasiswi SAA semester 4 Kegiatan ini diikuti oleh sekitar 40 orang dari mahasiswa SAA IAIN Kediri, dan beberapa dari prodi lain atau perguruan tinggi sekitar di Kota Kediri.

Di dalam diskusi kali ini, Bapak Daniel menceritakan apakah itu agama Buddha, mulai ajaran hingga kebenaran mulia. Menurutnya, ada empat kebenaran yang sang Buddha ajarkan; pertama, duka, yaitu ketidakpuasan dari apa yang kita inginkan. Kedua, sebab duka; ketiga akhir dari duka dan terakhir jalan mengakhiri duka itu sendiri.

Kebenaran mulia ini juga mengajarkan tentang ehepasipo, yang berarti datang, lihat, dan buktikan. Mengapa demikian? kepada orang yang belum mengerti dan tidak mempercayainya maka Sang Buddha mengajarkan datanglah dulu dan lihat setelah itu buktikan sendiri apa itu benar apa salah.

Sang Buddha juga mengajarkan tumibal, ‘lahir’ atau rebirth. Artinya, konsep ini berbeda dengan reinkarnasi yang masih membawa kesadaran akan alam kehidupan dari alam sebelumnya. Tumibal adalah proses kelahiran kembali jasmani dan batin yang telah lama mengalami pelapukan, kehancuran dan kemudian muncul jasmani dan batin baru yang timbul akibat adanya kekuatan kamma (perbuatan). Jadi, di sini jasmani dan batin atau jiwa tidaklah kekal.

Buddha juga bicara soal surga dan neraka. Banyak tahapan yang harus dilalui jika ingin masuk ke surga. Sang Buddha juga banyak mengajarkan tentang kebajikan; jika kebajikan tidak dilakukan maka ada hukum karma yang berlaku karena apa yang anda tanam itu yang akan anda dapatkan itulah ajaran hukum karma yang berlaku di ajaran buddha ini.

Buddha mengajarkan agar kita jangan kendor dan patah semangat untuk melakukan suatu kebajikan. Latihan spiritual diperlukan untuk mendekatkan diri Sang Buddha. Salah satu latihan spiritual adalah latihan pembebasan batin yang meliputi sila, samadi (meditasi), dan kebijaksanaan [Intan].

Dema SAA Adakan Direct Research Perayaan Waisak 2565 BE/2021 di Vihara Jayasacco Kediri

Sebagai bagian dari agenda tahunan, Dema Prodi SAA melakukan direct research perayaan Waisak Tahun 2021 di Vihara Jayasacco Kediri. Berikut laporannya:

Tepat 26 Mei 2021 telah digelar perayaan hari raya Waisak 2021 yang berlokasi di Vihara Jayasacco Kediri, Jawa Timur. Untuk susunan Puja Bakti dalam rangka peringatan Tri Suci Waisak 2565 BE/2021 dimulai pukul 17.00 – 17.45 yaitu ; 1).Menyalakan lilin dupa didepan altar, 2).Namakhara patha, 3). Veshakapunami puja gatha, 4). Pradaksina membawa amisapuja.Yang beberapa dilakukan secara mandiri oleh umat sebelum puja bakti dimulai. Yang selanjutnya yaitu Puja Bakti menyambut detik – detik Waisak dimulai pukul17.45 – Selesai yaitu, 5). Namakara tanpa membaca gatha, 6). Vandana, 7). Tisarana, 8). Pancasila, 9). Buddha, Dhamma, Sanghanussati, 10). Bhrama vihara, 11). Meditasi detik-detik waisak 18.13.30 detik, 12). Pesan dhamma dari Sanghanayaka (Dibaca Romo Pandita), 13). Patidana, 14). Namakhara patha, 15). Ramah tamah menjadi penutup.

Karena dalam kondisi saat ini yang masih menghadapi pandemi Covid 19 untuk perayaan waisak pun tidak di izinkan untuk terlalu banyak orang yang hadir, jadi saat ini cuma perwakilan 3 mahasiwa untuk bisa datang Direct Research hari raya waisak berlokasi di Vihara Jayasacco Kediri Jawa Timur. Ada juga dari umat Buddha yang melaksanakan ibadah diantaranya orang tua, remaja, dan anak-anak. Total keseluruhan hari raya waisak dihadiri -+ 50 orang. Vihara Jayasaccako Kediri juga dihadiri beberapa aparat kepolisian untuk penjagaan ketat saat upacara berlangsung.

Hari Tri Suci Waisak mengingatkan kita pada tiga peristiwa suci yang terjadi dalam kehidupan Guru Agung Buddha Gotama, yaitu kelahiran, pencerahan sempurna dan kemangkatan. Tiga peristiwa suci itu terjadi pada hari yang sama, dengan tahun yang berbeda, yaitu hari purnama raya, pada bulan Waisak. Kelahiran calon Buddha tahun 623 SM, di taman Lumbini, Kapilavasthu, Nepal. Pencerahan Sempurna tahun 588 SM, di bawah Pohon Bodhi, Bodhgaya, India. Dan kemangkatan Buddha Gotama tahun 543 SM pada usia 80 tahun, di Kusniara, India. Hari Tri suci Waisak 2565 tahun ini jatuh pada tanggal 26 Mei 2021. Umat Buddha di seluruh dunia merayakan hari Trisuci Waisak, dengan penuh keyakinan unuk menghayati ajaran kebenaran Dhamma sebagai pedoman hidup yang luhur.

Shangha Theravada Indonesia mengangkat tema Trisuci Waisak 2565/2021 : “ Cinta Kasih Membangun Keluhuran Bangsa “, dengan maksud untuk mengingatkan akan pentingnya keluhuran bangsa dengan dasar cinta kasih sebagai pedoman hidup bermasyarakat yang memiliki budi pekerti luhur. Dengan mengembangkan cinta kasih agar bangsa Indonesia menjadi bangsa yang bermartabat serta berbudi pekerti luhur. Wujudkan cinta kasih dalam bentuk tindakan nyata, dimuali dari diri sendiri dengan berperilaku baik serta saling bantu membantu dalam mengahadapi berbagai permasalahan bangsa. Cinta kasih kita butuhkan untuk membangun keluhuran bangsa di tengah-tengah permasalahan dan kondisi saat ini.

Di akhir Trisuci Waisakmenyempatkan untuk berdiskusi dansharing sebentar dengan Pak Daniel selaku yang mewakili majelis di Vihara. Beberapa pertanyaan yang terlontar ialah terkait Waisak yang mana di rayakan pada malam itu dan pun sangat menggugah banyak pertanyaan sebenarnya, cuma dengan waktu singkat dan malam yang semakin larut membuat diskusi melingkar perlu di akhiri karna umat di  lingkungan Vihara sudah pada undur diri. Lagi pula tidak cukup hari Waisak saja diskusinya terlebih bisa di agendakan diskusi melingkar lagi untuk menambah wawasan mahasiswa Studi Agama Agama, jadi harapan selebihnya bersama berbagi cinta kasih dengan cara menaati protokol kesehatan dan mengikuti vaksinasi agar pandemi Covid-19 segera berakhir, sehingga kondisi perekonomian dan sosial dapat berangsur pulih. Semoga Tuhan Yang Maha Esa, Tiratana, selalu melindungi.

Dosen SAA IAIN Kediri Mengikuti Rakor Penguatan Moderasi Beragama di Jawa Timur

Surabaya; Rapat Kordinasi Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama dan Penguatan Moderasi Beragama yang diselenggarakan oleh Deputi Bidang Kordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama Kemenko PMK bekerjasama dengan FKUB Jawa Timur dilaksanakan di Mercure Hotel Surabaya pada 14 April 2021 dengan tetap melaksanakan protokol kesehatan yang ketat.

Hadir dalam acara tersebut peserta dari berbagai elemen tokoh agama dan masyarakat, serta pegiat kerukunan beragama di Jawa Timur, seperti Pengurus FKUB Jawa Timur, Wanita Lintas Iman, FORKUGAMA Jawa Timur, dan Ketua Majelis Tinggi Agama agama di Jawa Timur.

Hadir narasumber pada kegiatan tersebut Asisten Deputi Moderasi Beragama Kemenko PMK Bapak Thomas Ardian Siregar, Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama Kementerian Agama Republik Indonesia Bapak Dr. H. Nifasri, M.Pd, dan Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama Provinsi Jawa Timur Bapak Hamid Syarif.

Dalam kesempatan tersebut Asdep Moderasi Beragama Bapak Thomas Ardian Siregar menyampaikan bahwa Moderasi Beragama bermuara pada kehidupan beragama yang harmonis dan toleran.

“Ada 3 hal yang kita harus perkuat dalam moderasi beragama ini, pertama penguatan wacana yakni penguatan dialektika Moderasi Beragama di ruang publik sehingga moderasi beragama dapat dipahami secaa seimbanh, kedua penguatan regulasi, yakni penguatan pada konsep moderasi beragama yang adil dan non diskriminatif, ketiga penguatan layanan publik yakni tercapainya kepuasan publik terhdap layanan keagamaan oleh pemerintah” ungkap Thomas Ardian Siregar.

Peserta kegiatan sangat antusias mendengarkan apa yang disampaikan oleh narasumber kegiatan, Thoriqul Huda, Ketua Forkugama Jawa Timur menyampaikan bahwa “kita mendapat banyak informasi penting dalam kegiatan ini, terutama berkaitan dengan moderasi beragama, kita mendorong agar moderasi beragama ini juga dapat dipahami dengan mudah oleh pemuda milenial, agar dapat terimplementasikan dalam kegiatan sehari-hari” ujar Thoriq yang juga Dosen SAA IAIN Kediri. [Adm]

Bincang Santai tentang Yahudi di Indonesia

Yahudi, Kristen, dan Islam adalah tiga agama besar di dunia yang memiliki garis geneologis yang sama, yaitu Nabi Ibrahim. Makanya, ketika agama ini seringkali disebut sebagai agama Ibrahimik. Ketiga agama besar ini memiliki landasan teologis yang sama, yaitu monoteisme sekalipun memiliki kekhasan pada aspek penerapan. Sekalipun bersaudara, sejarah mencatat bahwa hubungan ketiga agama ini penuh dengan dinamika, mulai dari dialog hingga konflik. Bahkan, sejumlah konflik yang melibatkan tiga agama ini berujung pada hilangnya ribuan nyawa manusia baik karena klaim kebenaran masing-masing ataupun karena faktor eksternal semisal politik.

Di Indonesia, hubungan Yahudi dan Islam juga mengalami pasang surut. Sekalipun Yahudi di Indonesia termasuk minoritas dan dianut oleh sejumlah kecil orang Indonesia, isu Yahudi kerap menyeruak dalam setiap kontestasi yang melibatkan agama. Istilah-istilah seperti ‘konspirasi Yahudi’ dan ‘Yahudi Musuh Islam’, misalnya, kerap menghiasi wacana di Indonesia baik di dunia nyata maupun dunia maya. Selain isu-isu teologis, konflik Palestina-Israel juga seolah-seolah semakin melanggengkan narasi besar bahwa orang Yahudi dan Muslim itu sulit akur dan selalu saling curiga. Tidak heran jika di Indonesia jarang sekali dialog atau kerjasama lintas agama yang melibatkan dua agama ini.

Acara stadium generale ini dilaksanakan dengan tajuk “Yahudi di Indonesia”, dengan pembicara Rabbi Yakuv Baruch, berlangsung pada Selasa (15/12/2020) secara daring melalui Google Meeting.

Acara ini dihadiri oleh sekitar 100 peserta yang berasal dari civitas akademika IAIN Kediri maupun luar dan masyarakat umum.

Rabbi Yakuv Baruch memulai presentasi dengan memaparkan sejarah kedatangan Yahudi di Indonesia, sebelum, selama, pascakemerdekaan RI. Setelah itu, dia menjelaskan pengetahuan umum tentang Yahudi, mulai dari doktrin keagamaan hingga ritual, khususnya di Indonesia.

Sesi tanya-jawab berlangsung intens antara peserta dan nara sumber. Isu-isu tentang Israel, hubungan Yahudi dengan Islam dan Kristen mengemuka. Antusiasme peserta membuat acara ini berlangsung lebih lama dari yang dijadwalkan karena banyak pertanyaan yang muncul. Acara serupa dianjurkan untuk dilakukan di masa-masa yang akan datang.

Kuliah Tamu: Semesta Simbol Yoga

Perhatian orang pada yoga tidak terlepas dari maraknya gaya hidup beragama di tanah air ini. Sebagian orang menganggap itu karena adanya peningkatan kesadaran orang yang beragama pada hal-hal yang subtil. Pada orang-orang tersebut, agama tidak melulu dipahami hanya sebatas simbol dan teks, tetapi lebih kepada hakikat atau esensi, yaitu sifat kerendahan hati pada sesuatu yang transenden, atau kepasrahan kepada kebenaran mutlak.

Dalam dunia saat ini, Yoga tidak hanya menjadi media untuk menumbuhkan spiritualitas tapi juga sarat dengan kepentingan ekonomi. Suburnya pusat-pusat meditasi dimanfaatkan oleh sebagian kalangan untuk mengeruk keuntungan dengan melakukan komodifakasi terhadap simbol-simbol Yoga yang bertebaran di media sosial maupun iklan-iklan. Kuliah tamu ini dimaksudkan untuk mengenalkan mahasiswa terhadap simbol-simbol utama dalam Yoga dan bagaimana ia beririsan dengan kepentingan ekonomi.

Acara kuliah tamu ini dilaksanakan dengan tajuk Semesta Simbol dalam Yoga: Spiritualitas dan Konsumerisme” dengan pembicara Yuddhi Widdyantoro dan berlangsung secara online pada Senin (07/12/2020).

Yudhi Widyantoro menjelaskan simbol-simbol utama dalam Yoga melalui slide presentasi. Simbol-simbol Yoga dilihat dari perspektif teori analisis wacana Roland Barthens. Setelah itu, nara sumber memaparkan bentuk-bentuk komodifikasi simbol Yoga oleh sejumlah pusat meditasi Yoga di perkotaan. Acara ini dihadiri oleh peserta yang berasal dari civitas akademika IAIN Kediri dan umum, terutama mahasiswa.

SAA IAIN Kediri Jadi Mitra Festival Kebinekaan Virtual ke-4

Salam Bhineka !

SAA IAIN Kediri dengan bangga berpartisipasi sebagai mitra dalam perhelatan Festival Kebhinekaan ke-4 tahun ini.

Festival Kebhinekaan kembali hadir lagi, dan merespon kondisi pandemik saat ini maka  semua rangkaian acara tahun ini hadir dalam format Virtual di Zoom Meeting dan Live Streaming via Youtube. 

Festival Kebhinekaan bertujuan untuk Memperkuat Toleransi Lintas Iman dan Merayakan Kebhinekaan Indonesia, dengan target spesifik kepada generasi muda dan Millenial, dengan diisi ragam acara yang dikemas secara kreatif dan rileks. 

Seperti tahun tahun sebelumnya, Festival Kebhinekaan kali ini akan tetap diisi dengan Inspiring Talks, Millenial Talks tentang Agama Agama dari sudut pandang Anak Muda, Pemutaran Film dan Diskusi, Wisata Bhineka / Tur Virtual Rumah Ibadah Lintas Agama, Tur Virtual Untuk Anak dan Disabilitas , Pameran Foto, Yoga dan Meditasi, yang kesemuanya kini dikemas dalam konsep Virtual.

Yang baru di tahun ini, akan diadakan juga Virtual Show Wayang Potehi dan Virtual Sale Pasar Rakyat Lasem. Di sesi pembukaan, akan ada Spesial Talk oleh Agustinus Wibowo (Memaknai Tanah Air) , seorang Penulis Best Seller Nasional yang juga banyak diundang di forum internasional. 

Semua rangkaian acara terbuka untuk umum dan GRATIS, silahkan register langsung di link  mampir.in/fesbin4 . Untuk kehadiran di sesi zoom tersedia fasilitas E-sertifikat, namun kehadiran di sesi zoom dibatasi maksimal 100 orang per sesinya.  Jadi silahkan datang tepat waktu di tiap sesi, atau semua sesi juga bisa disaksikan live streaming via Youtube Festival Kebhinekaan. 

Informasi lebih lanjut, sila kunjungi http://www.festivalkebhinekaan.com/2021/02/rundown-festival-kebhinekaan-4-virtual.html?m=1

Dema SAA Ngaji Kewirausahaan Berbasis Pesantren di Ponpes Sunan Drajat Lamongan

Sabtu 7 November 2020 Wakil Rektor 3 Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama IAIN Kediri mengadakan kunjungan ke Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada Mahasiswa tentang kewirausahaan yang dibangun di Pesantren.

Wakil Rektor 3 IAIN Kediri Bapak Dr. Wahidul Anam, M.Ag, menjelaskan bahwa mahasiswa IAIN Kediri harus memiliki kemampuan untuk berwirausaha, dengan tetap memperhatikan kearifan lokal masyarakat di sekitarnya, melihat potensi apa yang dapat dikembangkan, sehingga dapat memberikan kontribusi pada masyarakat.

“Tentunya setelah mahasiswa nanti lulus kalau bisa ya tidak perlu lagi ngirim surat lamaran sana sini, tapi sudah harus mampu membangun dunia usaha, oleh karenanya saya ajak k Ponpes Sunan Drajat Lamongan ini dalam rangka memberikan contoh bagaimana Industri dalam lingkungan pesantren dibangun”, tuturnya

Hadir dalam kegiatan tersebut Bapak Dr. K.H. Annas Al Hifni Al hafidz, M. Si, beliau merupakan salah satu direktur pengelola usaha pondok pesantren Sunan Drajat, dalam kesempatan tersebut dipaparkan kiat-kita menjadi seorang pengusaha berbasis pesantren.

“Perputaran uang di pesantren Sunan Drajat ini cukup banyak, setiap hari dari semua unit bisnis di pondok hampir 500jt uang berputar, potensi ini harus kita manfaatkan sehingga hasilnya dapat digunakan untuk mengembangkan pondok pesantren”, tutur alumni S3 Prodi Ekonomi Islam Universitas Airlangga ini.

Selain itu pesantren Sunan Drajat juga memiliki banyak unit bisnis, semuanya kita kelola secara mandiri dan hasilnya digunakan untuk membangun pondok Pesantren ini, lanjutnya.

Pada ahir sesi kegiatan, peserta kunjungan yang terdiri dari 120 mahasiswa perwakilan dari DEMA, SEMA, UKK dan UKM di lingkungan IAIN Kediri ini berkeliling untuk melihat secara langsung proses produksi air minum kemasan Sunan Drajat atau AIDRAT, serta melihat unit bisnis pembuatan garam Sunan Drajat (SSD).