

Baca Al-Qur’an itu tak cukup cepat khatam, tetapi juga perlu paham kandungannya.
—- Emy Putri Alfiyah
Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang diberikan Allah SWT. kepada Nabi Muhammad SAW sebagai mukjizat dan tanda kenabian. Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur selama 22 membaca Al-Qur’an itu tak hanya cepat khatam, akan tetapi juga paham , 2 bulan dan 22 hari sejak tanggal 17 Ramadhan lewat wahyu dengan perantara malaikat Jibril. Al-Qur’an merupakan Kitab Hidayah bagi manusia, artinya Al-Qur’an adalah sumber paling utama sebagai petunjuk yang menjawab segala persoalan hidup manusia. Al-Qur’an bisa membawa manusia sukses dunia dan akhirat jika ia dipelajari dengan benar dan sungguh-sungguh, karena Al-Qur’an merupakan kitab penyempurna dari kitab-kitab suci sebelumnya. Oleh karen itu, Al-Qur’an merupakan rahmat terbesar dari Allah SWT yang diberikan kepada manusia.
Selain sebagai Kitab Hidayah, Al-Qur’an mempunyai peran ganda sebagai Kitab Ibadah. Setiap muslim yang membaca Al-Qur’an, baik satu ayat, satu surah, satu juz maupun sampai 30 juz bahkan sesering mungkin membacanya,maka merupakan nilai ibadah dan mendapat pahala berlimpah. Nabi Muhammad SAW pernah bersabda : “Siapa saja membaca satu huruf dari Kitab Allah (Al-Qur’an), maka baginya satu kebaikan, dan kebaikan satu dibalas dengan sepuluh kali lipatnya.” (HR. At-Tirmidzi)
Penulisan Al-Qur’an
Al-Qur’an sebelum dituliskan dalam lembaran kertas senantiasa dilantunkan oleh para penghafal.Kemudian, Nabi Muhammad SAW memerintahkan sahabatnya, yakni Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Thalib, Muawiyah bin Abu Sufyan dan Ubay bin Ka’ab untuk menuliskan di media seperti pelepah kurma, kulit hewan, potongan tulang belulang maupun di lempengan batu.
Setelah Nabi Muhammad SAW wafat, pada masa Abu Bakar Ash-Shiddiq terjadi peperangan yang menyebabkan banyak dari para penghafal Al-Qur’an meninggal dunia. Dikhawatirkan Al-Qur’an juga akan hilang karena pada saat itu media penulisan Al-Qur’an juga masih sangat minim. Kemudian, mulailah dilakukan pembukuan Al-Qur’an dari para pengahafal yang masih hidup.
Sampai pada masa pemerintahan Utsman bin Affan, Al-Qur’an berhasil disatukan kembali. Karena pada saat itu terdapat perbedaan dialek bahasa Arab yang ditakutkan nantinya akan menimbulkan fitnah dan perselisihan antar umat Islam. Akhirnya Utsman bin Affan mengambil sikap untuk menyatukan Al-Qur’an yang dikenal dengan sebutan Mushaf Utsmani.
Memahami Substansi Al-Qur’an
Dalam Al-Qur’an terkandung begitu banyak ajaran-ajaran Islam, kisah orang-orang terdahulu, kisah para Nabi, para sahabat, hingga kisah orang-orang yang Allah azab. Setiap surat hingga ayat dalam Al-Qur’an mengandung makna yang bisa diambil pelajaran bagi orang-orangyang berakal, yaitu bagi manusia yang mau berpikir bahwa Al-Qur’an itu merupakan sebagai pedoman sekaligus petunjuk bagi manusia.
Makna yang terkandung di setiap ayat Al-Qur’an mempunyai banyak pesan moral untuk diambil pelajaran. Jalan yang diperoleh untuk memahami Al-Qur’an yaitu dengan membacanya. Perintah Allah SWT pada Nabi Muhammad SAW saat menurunkan wahyu pertamanya QS. Al-Alaq yang berjumlah lima ayat. Ayat pertama berbunyi Iqra’, yang artinya bacalah!. Kata Iqra’ dalam surat tersebut diulang hingga tiga kali, artinya jika seseorang membaca Al-Qur’an maka perlu diulang agar benar-benar memahami.
Seperti yang sudah diketahui, membaca Al-Qur’an merupakan salah satu kegiatan ibadah dalam agama Islam.Membaca Al Qur’an dalam bahasa Jawa biasa dikenal dengan nderes atau darus yang berasal dari bahasa Arab tadarus yang berarti membaca, merenungkan, menelaah dan memahami. Jadi, membaca Al-Qur’an itu harus diiringi dengan merenungkan, menelaah dan memahami isi sekaligus maknanya.
Memahami Al-Qur’an yang disertai menelaah arti, asbabun nuzul hingga makna tersirat dari yang tersurat dalam setiap ayat itu tak kalah pentingnya jika hanya sekedar dibaca. Seperti yang diungkapkan pemuka agama sekaligus mantan Menteri Agama, Quraish Shihab, “Mengkhatamkan Al Qur’an itu bagus, akan tetapi memahami maknanya itu lebih bagus.”, ujar Quraish Shihab dalam acara Shihab & Shihab di Narasi TV dengan presenter Najwa Shihab. Kemudian tambahnya, “Bahwa khatam Al-Quran itu bagus, akan tetapi akan lebih bagus jika membaca sedikit tapi paham.” Paham yang dimaksud adalah dengan membaca berulang-ulang hingga memahami makna tersirat maupun tersurat dari kitab suci Al-Qur’an.
Membiasakan membaca Al-Qur’an agar lancar memang bagus dan itu memang harus dilatih lewat tadarus. Di sisi lain, ada pesan moral dalam Al-Qur’an yang perlu dipelajari agar pengetahuan yang didapat bukan hanya dari sekedar membaca akan tetapi juga memahami isi dan maknanya. Karena Al-Qur’an adalah sumber hukum utama umat Islam, maka sudah semestinya mempelajari Al-Qur’an sudah ditanamkan pada diri seorang muslim.Senantiasa dilantunkan dengan baik, dibaca dan dipelajari untuk membuka cakrawala keilmuan dalam berkehidupan maupun beribadah.
Kalau tidak memahami isi atau substansinya bagaimana melaksanakan kehidupan yang mencerminkan sebagai umat Islam itu sendiri, jikalau isi dari pedomannya itu belum dipahami. Maka membaca Al-Qur’an itu tak hanya cepat khatam, akan tetapi juga paham. [MFR]

Alumni Perbandingan Agama (PA) IAIN Kediri 2013. Pengajar di lingkungan Kementerian Agama Tulungagung yang tertarik dengan dunia literasi.